Kepergian dan Kehadiran Yesus

Salah satu sanggahan Reformed terhadap doktrin Real Presence Lutheran adalah bahwa Yesus Kristus telah naik ke Sorga. Beberapa Reformed tentu akan membantah apabila dikatakan bahwa mereka percaya tidak ada Yesus di bumi saat ini. Mereka percaya bahwa Yesus hadir di dunia ini, namun secara spiritual. Tubuh Yesus telah terangkat ke Sorga dan duduk di sebelah kanan Bapa, sehingga Roti dan Anggur dalam Perjamuan Kudus, bagi mereka, tidak mungkin menjadi/merupakan tubuh dan darah Kristus. Teolog Reformed G.I. Williamson dalam eksposisinya terhadap Pengakuan Iman Westminster menegaskan hal ini. Reformed percaya bahwa tubuh Yesus benar-benar telah terangkat ke Sorga. Mereka membaca “Kepergian Yesus” dalam Yohanes 16 sebagai “Kenaikan Yesus.” Ini mentidak-mungkinkan tubuh dan darah Yesus hadir di bumi sebagaimana yang dipercayai Lutheran. Bagi Reformed, ajaran bahwa tubuh dan darah Yesus ada dimana-mana, yakni dimana Perjamuan Kudus diselenggarakan, adalah tidak masuk akal.

Apakah Lutheran percaya bahwa kenaikan Yesus Kristus ke Sorga dan duduk di sebelah kanan Bapa adalah hanya kiasan? Bagi Reformed, hanya pemaknaan secara kiasan lah yang memungkinkan doktrin Real Presence Lutheran. (Secara ringkas, doktrin Real Presence adalah tubuh dan darah Yesus ada dalam Perjamuan Kudus. Roti yang telah dikonsekrasi adalah benar-benar tubuh Kristus dan Anggur yang telah dikonsekrasi adalah benar-benar darah Kristus.) Apakah demikian? Tidak. Lutheran percaya bahwa tubuh Yesus benar-benar telah terangkat ke Sorga dan duduk di sebelah kanan Bapa sebab Firman Allah sendiri mengatakannya. Tetapi Firman Allah juga mengatakan bahwa dimana ada dua tiga orang berkumpul di dalam nama Yesus, di situ Yesus hadir bersama-sama dengan mereka. Yesus tidak berbohong. Apa yang Dia katakan adalah apa yang Dia katakan. Kita tidak berhak mengubah maknanya untuk disesuaikan menurut agenda konsep kita. Oleh karena itu, ketika ada orang yang berkumpul di dalam nama Yesus, Lutheran percaya bahwa Yesus benar-benar hadir di situ.

Satu hal yang tidak kalah penting untuk ditekankan: Lutheran mencukupkan diri untuk mempercayainya dan tidak berspekulasi mengenai dengan mode apa Yesus hadir. Lutheran juga tidak mengatakan, “Hanya roh Yesus yang hadir, tubuh-Nya tidak. Sebab toh tidak kelihatan apa-apa kan.” Tidak demikian. Bagi Lutheran, hanya ada satu Yesus. Dimana ada roh Yesus, di situ ada tubuh-Nya. Roh dan tubuh-Nya hanya terpisah saat kematian-Nya dan itu sudah terjadi. Jadi, di antara dua tiga orang yang berkumpul dalam nama-Nya, di situ Dia hadir dengan tubuh dan roh-Nya. Yesus benar-benar dan sungguh-sungguh hadir, hanya saja secara tersembunyi. Mengenai bagaimana Ia hadir, itu bukan urusan orang percaya. Akal budi harus ditundukkan agar tidak berspekulasi ini itu dalam rangka mendamaikan perkataan-perkataan-Nya. Toh kita juga tidak pernah tahu seperti apa ‘roh’ itu. Ringkasnya, Lutheran percaya bahwa Yesus telah terangkat ke Sorga dan pada saat yang sama hadir di bumi saat ini dengan tubuh dan roh-Nya.

Alkitab (seperti Yohanes 14-16) memang mengatakan bahwa Yesus akan pergi. Tetapi apa artinya “pergi”? Reformed mempercayai bahwa “pergi” adalah “naik ke Sorga.” Bagi Reformed, kepergian atau kenaikan Yesus ke Sorga membuat tubuh dan darah Yesus tidak mungkin hadir di bumi. Saya tidak sependapat. Kepergian Yesus adalah peristiwa Salib, yakni tindakan penebusan itu sendiri. Kepergian Yesus dimulai dari doa imamat-Nya sampai kebangkitan-Nya. Kepergian Yesus inilah yang diberitakan oleh Roh Kudus. Setelah kebangkitan, Yesus tidak terpisah dengan umat-Nya, tetapi justru menggembalakan mereka. Kenaikan Yesus adalah bagian dari kebangkitan Yesus, bukan stage terpisah. Kenaikan Yesus adalah untuk memenuhi segala sesuatu (bdk. Ef. 1:20-23). Tidak sedetik pun Yesus meninggalkan umat-Nya, bahkan dalam kematian-Nya. Sebab kematian Yesus adalah untuk mendamaikan umat manusia kepada Allah. Tidak ada pendamai yang berpisah dari orang yang ingin didamaikan. Sebelum berinkarnasi Yesus hadir sebagai Firman Allah. Saat inkarnasi, Dia hadir sebagai Firman Allah yang menjadi daging. Setelah Baptisan, Dia hadir untuk para murid dan orang-orang percaya, memberitakan Firman Allah. Dalam tindakan penebusan, Yesus hadir sebagai Firman Allah yang disalibkan. Di dalam kubur, Dia hadir sebagai Sang Sabat yang memberikan istirahat (kelegaan) kekal pada seluruh umat manusia. Setelah bangkit, Dia hadir dengan tubuh kebangkitan-Nya. Setelah naik, Dia tetap hadir bagi Gereja dalam Firman dan Sakramen yang diberitakan dan dilayankan oleh Roh Kudus. Tidak sedetik pun Yesus pergi meninggalkan umat-Nya. Gembala tidak meninggalkan domba-dombanya, tetapi justru senantiasa menjaga mereka.

Artikel kali ini membahas Yohanes 16 dan 17 untuk membuktikan bahwa kepergian Yesus adalah tindakan penebusan itu sendiri, yang dimulai dari doa imamat-Nya.

John 16:1 ESV‬ : [1] I have said all these things to you to keep you from falling away. Dengan “all these things“, Yesus merujuk seluruh pengajaran-Nya kepada murid-murid-Nya. Mengajar adalah salah satu misi-Nya di bumi. Dia adalah Kebenaran dan karenanya Dia tentu memberitakan kebenaran, yakni pengetahuan yang benar dan membenarkan. Segala pengajaran itu ingin ditanamkan-Nya pada hati para murid (dan orang percaya lainnya) agar situasi sulit seperti persekusi tidak membuat mereka menyangkal iman. Yesus tidak omdo. Dia adalah yang pertama mengalami kekejian dunia oleh karena kebenaran. Dia berseteru dengan dunia, tetapi dunia tidak dapat menemukan kesalahan-Nya. Yohanes 16 adalah detik-detik dimulainya kepergian Yesus.

John 16:4-5 ESV‬ [4] But I have said these things to you, that when their hour comes you may remember that I told them to you. “I did not say these things to you from the beginning, because I was with you. [5] But now I am going to him who sent me, and none of you asks me, ‘Where are you going?’ Ayat ini menandakan kepergian Yesus sebab Dia berkata “…because I was with you.” Yesus tidak segera mengungkapkan segalanya sekaligus, tetapi secara bertahap. Dengan “I was with you“, Dia merujuk pada tahap sebelumnya sebelum tindakan penebusan dieksekusi. Pada tahap sebelumnya, Yesus hadir bersama-sama dengan para murid, menjalani hari demi hari secara bersama-sama, mengajar mereka, membuat mereka menyaksikan banyak hal-hal besar, dan lain-lain. Kini Dia hendak pergi dan kembali kepada Allah yang telah mengutus-Nya. Namun demikian, ayat ini tidak dapat dibaca seakan-akan Yesus pergi ke Sorga seperti orang pergi ke kantor, meninggalkan rumahnya: tubuh tidak lagi di rumah, tapi telah berpindah ke kantor. Para murid mengira demikian, sehingga mereka menjadi sedih. Tetapi ada makna yang dalam di dalam kepergian Yesus.

John 16:7 ESV‬ [7] Nevertheless, I tell you the truth: it is to your advantage that I go away, for if I do not go away, the Helper will not come to you. But if I go, I will send him to you. Yesus dengan terang mengatakan bahwa Ia akan ‘pergi.’ Tetapi kepergian-Nya adalah misi-Nya itu sendiri. Apakah misi Yesus adalah datang untuk pergi? Apakah Yesus sedang nge-ghosting kita? Tentu saja tidak. Yesus tidak pernah pergi meninggalkan kita. Alih-alih kepiluan, kepergian Yesus justru adalah sukacita bagi dunia. Sebab Dia mengatakan, “It is to your advantage that I go away.” Sukacita apa? Yakni sukacita datangnya Sang Penolong. Reformed membaca ayat ini dengan memikirkan peristiwa turunnya Roh Kudus, sehingga “pergi” berarti “naik ke Sorga.” Benar bahwa manifestasi dimulainya pekerjaan Roh Kudus adalah peristiwa Pentakosta. Sejak saat itu, para murid mulai memberitakan Injil dengan semangat yang berapi-api karena mereka telah mengerti Kitab Suci, pengajaran Yesus, karya Salib, hingga janji Yesus akan turunnya Roh Kudus. Tetapi itu tidak menyangkal bahwa “pergi” adalah peristiwa Salib. Toh turunnya Roh Kudus tidak seketika setelah Yesus terangkat ke Sorga. Toh Roh Kudus tidak baru ada sejak Pentakosta. Roh Kudus telah ada sejak semulanya dan selalu bekerja sejak semulanya. Apa yang akan dikerjakan oleh Sang Penolong yang dijanjikan Yesus?

John 16:8-11 ESV‬ [8] And when he comes, he will convict the world concerning sin and righteousness and judgment: [9] concerning sin, because they do not believe in me; [10] concerning righteousness, because I go to the Father, and you will see me no longer; [11] concerning judgment, because the ruler of this world is judged. Sang Penolong tersebut akan membuat dunia mengerti akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. Dosa terbesar adalah tidak percaya Yesus (concerning sin). Orang yang percaya akan dibenarkan (concerning righteousness), tetapi yang tidak percaya akan dihakimi bersama dengan iblis (concerning judgment, dalam hal ini berarti penghukuman). Ringkasnya, Sang Penolong ini tidak memberitakan apa-apa selain Yesus Kristus. Dalam diskusi ini, kita fokus pada concerning righteousness. Kepergian Yesus kepada Bapa adalah kebenaran atau righteousness. Oleh karena itu, sampai di ayat ini saja kita sudah tiba pada simpulan bahwa kepergian Yesus adalah Salib. Yesus pergi kepada Bapa berarti Yesus menjadi Imam sekaligus Korban keselamatan kepada Bapa. Dia akan disalibkan sebagai korban tebusan untuk seluruh umat manusia.

Para murid tidak akan melihat-Nya lagi sebab Dia harus mati dan dikuburkan. Meskipun Yesus tidak lagi dilihat sebagaimana periode “was“, ini tidak berarti kehadiran Yesus bagi mereka akan sirna. “Tidak terlihat” adalah satu hal, “tidak ada” adalah hal lain. Yesus hanya akan tidak terlihat lagi, bukan akan tidak ada lagi. Hari ini kita tidak melihat Yesus sebagaimana para murid melihat-Nya dulu. Tetapi itu tidak berarti Yesus tidak ada lagi di bumi ini saat ini. Yesus benar-benar hadir di bumi saat ini, tidak hanya secara rohani, tetapi juga secara jasmani. Hanya ada satu Yesus; dimana ada roh Yesus, di situ ada tubuh-Nya. Ini hanya terdengar absurd bagi orang yang membaca Allah menurut perspektif manusia, dimana seakan-akan mereka paham persis apa artinya ‘roh’ dan seakan-akan ‘tubuh’ hanya berarti benda yang dapat dikenali oleh pancaindera. Teolog Lutheran Hermann Sasse dalam bukunya “This is My Body” berkata bahwa Gereja disebut “tubuh Yesus” bukan sebagai analogi tubuh manusia Yesus. Gereja disebut “tubuh Yesus” karena memang benar-benar adalah tubuh manusia Yesus.

Meskipun Yesus berkata, “Kamu tidak melihat Aku lagi,” Dia menjanjikan bahwa mereka akan melihat-Nya lagi. John 16:16 ESV‬ [16] A little while, and you will see me no longer; and again a little while, and you will see me. Ayat ini semakin menjelaskan bahwa kepergian Yesus bukanlah kenaikan. Sebab Dia berkata, “a little while.” Tinggal sesaat lagi Yesus akan pergi. Tetapi kenaikan Yesus masih nanti. Yesus juga mengatakan “sesaat lagi” yang kedua untuk merujuk sesuatu yang sifatnya hanya sementara, yakni dari “tidak melihat lagi” ke “melihat lagi.” Apakah artinya kepergian Yesus yang akan terjadi sesaat lagi dan kedatangan-Nya yang juga akan terjadi sesaat lagi kemudian, selain peristiwa Salib?

Para murid kebingungan apa artinya “sesaat lagi.” Mereka sama sekali tidak paham bahwa Yesus sedang membicarakan kematian-Nya. Mereka masih mengira bahwa Yesus adalah Mesias untuk bangsa lahiriah Israel, bukan bangsa spiritual Israel. Tuhan Yesus menjelaskan arti “sesaat lagi.” John 16:20 ESV‬ [20] Truly, truly, I say to you, you will weep and lament, but the world will rejoice. You will be sorrowful, but your sorrow will turn into joy. Yesus berkata bahwa para murid akan menangis dan meratap. Inilah kepergian Yesus itu. Kepergian Yesus mengakibatkan para murid menangis dan meratap. Kepergian Yesus adalah Salib, bukan kenaikan. Sebab setelah Yesus naik, para murid justru “sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.” (Lk. 24:52). Para murid sangat bersukacita setelah Yesus naik ke Sorga. Jadi, kepergian Yesus bukanlah kenaikan. Dalam Injilnya, Yohanes tidak mencatat peristiwa kenaikan. Kenaikan adalah bagian dari peristiwa Kebangkitan, bukan stage terpisah.

John 16:25 ESV‬ [25] I have said these things to you in figures of speech. The hour is coming when I will no longer speak to you in figures of speech but will tell you plainly about the Father. Kata Yesus, “saatnya sudah tiba.” Saat apa? Yakni tindakan penebusan itu sendiri. Yaitu Salib. Tidak ada lagi kiasan, tetapi realisasinya sebentar lagi akan dilaksanakan. Kematian Yesus di kayu Salib bukanlah kematian sipil biasa. Penderitaan dan Kematian Yesus adalah/bersifat Imamat. Yesus adalah Sang Imam dan melalui Salib Dia akan mengimami seluruh umat manusia kepada Bapa. Inilah arti “pergi kembali kepada Bapa.” Yesus kembali kepada Bapa bukanlah seperti anak rantau pulang kampung. Tidak demikian, sebab Pribadi Kedua dan Pribadi Pertama itu tidak pernah sedetikpun terpisah. Tetapi Yesus Kristus pergi kepada Bapa dengan membawa seluruh umat manusia bersama-Nya: menjadi imam bagi seluruh umat manusia.

John 16:28 ESV‬ [28] I came from the Father and have come into the world, and now I am leaving the world and going to the Father. Yesus datang dari Bapa ke dunia, lalu dari dunia kepada Bapa. Di sini Yohanes sebenarnya mengulangi Pasal 3 ayat 16, “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yesus datang ke dunia (Lahir) dan pergi lagi dari dunia (Salib) bukan untuk iseng-iseng seakan-akan Yesus cuma traveling dan flexing kuasa-Nya. Yesus datang kepada manusia dalam wujud manusia untuk mati sebagai manusia untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Yesus adalah Sang Imam, mengimami seluruh umat manusia kepada Bapa. Dalam terang inilah harus kita baca Yohanes 17.

Menurut konteks, Yohanes 17 adalah doa Yesus untuk para murid. Sebab sejak Pasal 13 kita mengetahui bahwa perkataan Yesus yang cukup panjang itu diucapkan saat bersama-sama dengan murid. Akan tetapi, iman akan membuat kita memahami bahwa Yohanes 17 adalah untuk kita juga. Artikel ini tidak sedang mengeksposisi Yohanes 17, tetapi membahas ayat tertentu yang menandakan bahwa Yesus telah pergi ketika berdoa imamat. Kepergian Yesus adalah peristiwa penebusan itu sendiri, dimulai dari doa imamat-Nya. Sebab pada Pasal 18, Yohanes telah memulai kisah pengkhianatan murid Yesus, Yudas Iskariot.

John 17:1 ESV‬ [1] When Jesus had spoken these words, he lifted up his eyes to heaven, and said, “Father, the hour has come; glorify your Son that the Son may glorify you.” Apa artinya “glorify” (muliakan)? Apakah kata itu merujuk pada kenaikan Yesus? Ingat kembali bahwa Yohanes tidak menulis tentang kenaikan Yesus. Ini tidak berarti Yohanes menyangkal peristiwa kenaikan Yesus ataupun mengurangi signifikasi kenaikan Yesus. Yohanes hanya sedang fokus pada karya penebusan seluruh umat manusia oleh Yesus Kristus, yakni yang paling termanifestasi dalam Salib. Jadi, “glorify” di sini berarti penyaliban Yesus dalam rangka menebus seluruh umat manusia dari dosanya. Gereja-gereja non Lutheran cenderung memahami “pemuliaan” menurut perspektif manusia. Bagi kita manusia, pemuliaan berarti penempatan seseorang pada status yang dianggap tinggi. Misalnya, pemberian penghargaan kepada pemenang lomba dimana mereka berdiri di panggung kecil bertuliskan “1”, “2”, dan “3”. Dalam hal ini mereka dimuliakan. Menyediakan sofa khusus untuk pembicara atau undangan di suatu seminar adalah pemuliaan. Penyematan mahkota adalah pemuliaan. Kita sering mengalami pemuliaan di dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman itu tidak salah, baik bagi kita dalam kehidupan sosial maupun dalam Kekristenan. Sebab Alkitab juga sering menggunakan pemahaman itu untuk kata pemuliaan. Namun demikian, bagi Allah pemahaman itu tidak selalu benar. Allah lah yang mendefinisikan suatu kata atau ekspresi; dan bukan Allah yang diuji menurut perspektif manusia. Kita tidak dapat membaca Allah menurut perspektif kita, tetapi kita harus menggunakan perspektif Allah untuk pemahaman kita. Ayat ini adalah salah satu contoh. Ketika Yesus berdoa kepada Bapa, “Muliakanlah Putra-Mu!”, Dia tidak sedang merujuk pada kenaikan-Nya ke Sorga meskipun peristiwa kenaikan itu juga adalah pemuliaan. Yesus sedang merujuk pada Salib. Secara esensial Yesus berkata, “Salibkanlah Putra-Mu sebab itulah kemuliaan-Ku.”

Hal-hal tertentu yang merupakan kehinaan bagi manusia adalah kemuliaan bagi Allah. Kita teringat pada perkataan Yesus untuk pertanyaan murid, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” (Mat. 18:1). Yesus menjawab, “Barangsiapa merendahkan diri…, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (ay. 4). Kita juga teringat pada permintaan ibu anak-anak Zebedeus agar kedua anaknya boleh duduk kelak di dalam Kerajaan Kristus (Matius 20:20-28). Yesus menjawab, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (ay. 26-28). Karena Yesus memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, yakni melalui Salib, maka Yesus adalah yang terbesar atau yang termulia. Oleh karena itu, kata “muliakanlah” (glorify) pada Yohanes 17:1 secara spesifik merujuk pada Salib.

John 17:12 ESV‬ [12] While I was with them, I kept them in your name, which you have given me. I have guarded them, and not one of them has been lost except the son of destruction, that the Scripture might be fulfilled. Yesus kembali menggunakan “was” di ayat 12. Yesus sedang merujuk pada masa dimana Dia masih bersama-sama dengan murid-Nya menjalani hari demi hari. Tetapi karena peristiwa penebusan itu baru dimulai, maka pada doa imamat ini Yesus telah “pergi” meninggalkan para murid. Yesus pergi meninggalkan murid karena hanya Dia yang melakukan karya penebusan ini. Tidak seorang pun dapat menyertai-Nya, sekalipun ia malaikat. Hanya Allah yang dapat menebus seluruh umat manusia. Sekali lagi perlu saya tekankan bahwa “pergi” di sini tidaklah seperti pergi dari rumah ke kantor dimana tubuh berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sama seperti “istirahat.” Istirahat Allah (Sabat) berbeda dengan istirahat manusia. Setelah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, Dia beristirahat. Tetapi Allah tidak beristirahat dengan duduk manis di Sorga, leyeh-leyeh, dan menyaksikan segala sesuatu dari monitor. Tidak demikian. Istirahat Allah adalah bekerja. Allah beristirahat dengan melanjutkan pekerjaan-Nya yakni memberikan providensi kepada apa yang Dia ciptakan, mengalirkan kasih-Nya kepada manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Alih-alih membiarkan manusia bekerja sendiri, Dia justru tetap bekerja dalam istirahat-Nya. Pada hari ketujuh umat-Nya harus beristirahat dari pekerjaan karena manusia membutuhkan istirahat. Tetapi pada hari ketujuh ini Allah justru bekerja dalam istirahat-Nya untuk memberikan pelayanan kepada umat-Nya. Bagi kita orang Perjanjian Baru, hari Minggu adalah hari dimana Allah melayani kita dalam Firman dan Sakramen, memberikan pengampunan dosa dan kelegaan yang kekal. Istirahat Allah adalah mengalirkan kasih-Nya kepada umat-Nya. Demikian pula dalam hal ini. Kepergian Yesus adalah kedatangan Yesus bagi seluruh umat manusia. Paradoks.

Berdasarkan ulasan di atas, maka kita tiba pada simpulan bahwa kepergian Yesus adalah peristiwa penebusan itu sendiri yang dimulai dari doa imamat-Nya. Dia berkata, “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku.” (Yoh. 16:16). Yesus sedang berbicara mengenai penderitaan dan kematian pahit-Nya serta kebangkitan-Nya. Kepergian Yesus bukanlah kenaikan. Roh Kudus Sang Penghibur yang dijanjikan-Nya sejak Pasal 14 akan memberitakan kepergian ini, yakni Yesus yang disalibkan. Paulus berkata, “aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” (1Kor. 2:2). Bahwa Allah itu mahakuasa, itu benar. Bahwa Allah itu mahatahu, itu benar. Bahwa Allah itu mahahadir, itu benar. Tetapi Alkitab berkata bahwa kemuliaan Allah terletak di Salib. Inilah Teologi Salib dalam Gereja Lutheran. Sementara Reformed memulai teologinya dengan kedaulatan Allah, Lutheran selalu berangkat dari Salib. Reformed tentu percaya bahwa Salib adalah karya penebusan Kristus dan Lutheran percaya bahwa kedaulatan Allah bersifat mutlak. Namun, apa presuposisi mendasar seseorang menentukan pemahamannya akan Kekristenan. Lutheran tidak mengenali Allah dengan pemahaman manusia akan suatu atribut atau aspek, lalu menerapkannya pada Allah dengan derajat yang lebih tinggi (Thomas Aquinas menyebutnya modus significandi). Tetapi Lutheran mengenali Allah melalui pekerjaan-Nya. Sebab identitas dan pekerjaan Allah tidak dapat dipisahkan. Alkitab tidak memulai dengan, “Allah itu berdaulat,” tetapi “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Allah hanya dapat dikenali melalui pekerjaan-Nya. Teolog Lutheran David Scaer dalam bukunya “Christology” berkata, “the crucifixion . . . is the greatest manifestation of God’s essence.” (sc. “The Holy Trinity” oleh Carl L. Beckwith, p. 67). Salib adalah manifestasi terbesar hakikat Allah.

Yesus berkata, “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup.” (Yoh. 14:18-19). Yesus akan pergi—artinya, Yesus akan disalibkan, mati, dan dikuburkan—tetapi Dia akan datang kembali dalam kebangkitan. Setelah Dia bangkit atau setelah Dia datang kembali, Dia tidak meninggalkan manusia, apalagi Gereja. Dia hadir di bumi ini saat ini. Dia hanya menggunakan mode yang berbeda untuk kehadiran-Nya saat ini. Dia adalah Allah dan ada dimana-mana. Yesus tidak terkurung dalam tubuh manusia-Nya. Dia dapat membuat tubuh manusia-Nya itu hadir dimana-mana. Meskipun Yesus hadir dimana-mana, Dia tidak meminta kita untuk menemui-Nya dimana-mana. Dia telah menetapkan cara khusus untuk kehadiran-Nya, yakni Firman dan Sakramen. Saat Firman dibacakan atau dipelajari, saat khotbah dengan pengajaran yang murni disampaikan dari atas mimbar; Yesus sendirilah yang melakukan itu. Dia menggunakan Pendeta sebagai instrumen-Nya. Saat Sakramen dilayankan, Yesus sendirilah yang melayankannya. Pada air Baptisan Dia hadir. Pada Roti dan Anggur Dia hadir. Roti yang telah dikonsekrasi adalah tubuh-Nya dan Anggur yang telah dikonsekrasi adalah darah-Nya. Dia memberikan tubuh dan darah-Nya untuk kita makan dan minum demi pengampunan dosa. Alih-alih membuat Real Presence menjadi tidak mungkin, kenaikan Yesus ke Sorga justru membuatnya menjadi mungkin. Luther berkata, “Dextera Dei ubique est!” Tangan kanan Allah ada dimana-mana. Artinya, duduknya Yesus di sebelah kanan Bapa tidaklah seperti dua orang yang duduk bersebelahan dan diam di situ untuk waktu yang lama. Tidak demikian. Tangan kanan Allah ada dimana-mana. Kenaikan Yesus ke Sorga justru membuat kehadiran-Nya (catat bahwa tubuh dan roh-Nya tidak pernah terpisah) menjadi semakin nyata dimana-mana. Dimana dua tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, di situ Dia ada di tengah-tengah mereka.

Manuel Marbun

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑